Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami. Yesaya 26:12
Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk taat, ada saatnya kita merasa berat, dan ingin mengabaikan, cari alasan untuk menolak. Khususnya ketika kita sakit hati karena dipermalukan, dikecewakan, atau direndahkan oleh seseorang, lalu firman Tuhan menyuruh kita untuk mengampuni. Kita akan bereaksi, bagaimana bisa?
Ya benar, aslinya memang kita ini mana bisa, mana mungkin.
Tapi kalau Tuhan yang melakukannya dari dalam kita, kita akan dimampukan. Kita harus belajar untuk mengandalkan kemampuan Tuhan, sehingga bukan dengan kuat dan gagah kita.
Tuhan memanggil kita untuk mempraktekkan kasih. Ya, kita mau dan mudah untuk mengasihi ketika tidak dikecewakan atau dilukai. Kebenarannya, Tuhan menginginkan kita mengasihi juga orang “yang jahat ” kepada kita. Tuhan ingatkan, kalau kita hanya mengasihi orang yang baik kepada kita, apa bedanya dengan orang-orang yang di luar Kristus (Matius 5:44-48).
Firman katakan,
“Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44).
“Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12:21).
Yang normal adalah baik dibalas baik, jahat ya dibalas jahat.
Namun kita bukanlah orang dunia yang hidup menurut dunia. Kita adalah anak-anak Bapa di sorga. Kenakanlah kasih. Firman katakan, ketika kita membalas dengan kebaikan apa yang jahat yang dilakukan orang pada kita, maka kita mejadi anak-anak Bapa di sorga.
Dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi bagi orang yang jahat dan bagi orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48).
Tentu kita berpikir, mana bisa saya jadi sempurna seperti Bapa yang sempurna? Saya masih banyak cacat dan kekurangan. Masih emosian, tidak sabaran. Saya akan selalu ingat kebaikan orang lain, dan balas kebaikannya. Tapi kepada orang yang menyebalkan dan menyakiti perasaan, mana bisa saya balas dengan kebaikan, apalagi kalahkan kejahatan dengan kebaikan? Minimal saya tidak balas jahat, mau mengampuni, itu cukup, tidak usah berjumpa, apa lagi ada hubungan lagi.
Ketika Dia menghendaki kita menjadi sempurna seperti Bapa di sorga, itu artinya kita diajari untuk mengandalkan: Tuhanlah yang melakukannya didalam saya, sehingga saya dapat mengerjakan perintah-Nya. Itu artinya kita mengandalkan Roh Kudus mengerjakan di dalam kita.
“Maka berbicaralah ia, katanya: “inilah firman Tuhan kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.” (Zakharia 4:6).
Ketika kita bergaul lebih mendalam dengan Roh Kudus dalam hadirat-Nya dan mengikuti aliran-Nya, maka kekuatan dan kemampuan Roh Kudus mengerjakan dan memberikan dorongan illahi dari dalam. Itu adalah dorongan kasih. Ketika menyadari munculnya keinginan itu dan merasakan dorongannya, izinkan kemampuan illahi itu yang bekerja secara supranatural dalam kita. Sehingga apa yang mustahil bagi manusia, Tuhanlah yang melakukannya dalam kita dan bagi kita. Maka hati kita akan penuh damai di tengah goncangan peperangan rohani, dan tekanan yang ada. Sebab Tuhanlah yang melakukannya, dan kita bersepakat untuk mengikuti kehendak-Nya.
“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Kolose 3:14
Kasih membuat kita disempurnakan. (MG).
source: hmministry.id