Bahan Commander of Thousand JC-Youth minggu kedua Desember 2024
“Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.” (Yakobus 3:2)
Penjelasan Materi
Guys, perkataan adalah hal yang begitu kuat dan tajam. Alkitab banyak berbicara mengenai kuasa perkataan dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kata-kata kita. Di zaman sekarang, anak muda sangat mudah terjebak dalam berbagai jenis perkataan yang negatif, baik itu gosip, fitnah, ujaran kebencian, atau bahkan sekadar perkataan sembrono yang sebenarnya bisa melukai orang lain. Mari kita akan belajar bagaimana menghindari jerat dari perkataan yang salah dan menjadi berkat melalui kata-kata kita:
- Sadari Kuasa Dari Perkataan (Amsal 18:21)
Ayat ini mengajarkan kita, bahwa perkataan diibaratkan memiliki kuasa atas hidup dan mati. Ini menunjukkan bahwa setiap kata yang kita ucapkan membawa dampak yang besar, baik bagi diri kita maupun orang lain. Ketika kita tidak menyadari kuasa dari perkataan kita, kita mudah terbawa dalam godaan untuk berbicara sembarangan, apalagi saat dipicu oleh emosi sesaat. Latih diri untuk berpikir sebelum berbicara. Saat tergoda untuk mengatakan sesuatu yang kurang pantas, tanyakan kepada diri sendiri: “Apakah perkataan ini mendatangkan kehidupan atau kematian?” Dengan begitu, kita bisa melatih kebiasaan berbicara yang membangun. Dan menyadari kuasa dari perkataan adalah bagian dari meneladani sifat Allah, yang menciptakan dunia ini melalui firman-Nya (Kejadian 1:3). Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, kita juga dipanggil untuk menggunakan perkataan kita dengan bijaksana, sebagai cerminan dari kebenaran dan kasih Allah. - Hindari Perkataan Yang Tidak Membangun (Efesus 4:29)
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Efesus untuk menggunakan perkataan yang membangun, bukan perkataan kotor atau yang menjatuhkan. Saat ini, sangat mudah untuk terjebak dalam percakapan yang tidak membangun, apalagi di media sosial, di mana banyak orang cenderung melontarkan komentar yang negatif. Perkataan yang membangun adalah wujud kasih dalam tindakan, sesuai dengan ajaran Yesus untuk mengasihi sesama. Menggunakan perkataan yang positif berarti kita menebar kasih karunia kepada orang lain dan menjadi alat Tuhan untuk membawa penghiburan, kekuatan, dan inspirasi. Dan satu hal harus kita sadari, Perkataan adalah seperti tanaman. Jika kita menanam benih yang baik, tanaman itu akan tumbuh dan memberi manfaat. Namun, jika kita menabur benih yang buruk, hanya duri yang akan tumbuh. Perkataan kita akan menentukan buah yang kita hasilkan dalam kehidupan orang lain. - Kendalikan Emosi Sebelum Berbicara (Yakobus 1:19)
Yakobus menekankan pentingnya mengendalikan emosi, terutama kemarahan, sebelum kita berbicara. Sering kali, perkataan yang salah keluar karena kita terbawa emosi tanpa berpikir panjang. Anak muda perlu belajar untuk menahan diri dan meredam amarah, agar perkataan yang keluar dapat menjadi berkat, bukan kutuk. Mengendalikan emosi adalah tanda pertumbuhan rohani. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menahan diri (Galatia 5:22-23). Dengan mengendalikan diri, kita menunjukkan buah roh dalam hidup kita dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Bayangkan emosi kita seperti api yang dapat membakar hutan dalam sekejap. Perkataan yang keluar saat kita emosi seperti percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran besar. Namun, jika kita mengendalikan api itu, maka kita dapat menggunakannya untuk hal-hal yang baik, seperti memberi kehangatan dan penerangan.
Guys, Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang besar, dan sebagai anak muda yang ingin menjadi berkat, kita harus bijak dalam berbicara. Jangan sampai perkataan kita menjadi jerat yang menjerumuskan kita atau orang lain ke dalam dosa. Melalui pelajaran saat ini, kita bisa menjaga hati dan lidah kita sesuai dengan ajaran Kristus, menjadikan perkataan kita sebagai alat kasih dan berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Amin
Bahan Diskusi
- Apakah ada situasi atau kebiasaan dalam hidup saya di mana saya cenderung mengucapkan kata-kata yang negatif atau kurang membangun? Bagaimana saya bisa mulai mengubah kebiasaan ini agar perkataan saya menjadi berkat bagi orang lain?
- Ketika saya merasa marah atau kecewa, apa yang biasanya saya lakukan sebelum berbicara? Langkah-langkah apa yang bisa saya ambil untuk memastikan bahwa perkataan saya tetap penuh kasih, bahkan saat emosi saya sedang memuncak? (He)